PANGLAWUNGAN JAWARA GALUH….
“KATINEUNG URANG GALUH DINA NGARAKSA WARISAN KARUHUN”
Cake’s Holic pada tahu gak apa itu “Panglawungan Jawara Galuh”?? itu loh yang kemaren-kemaren digelar di Alun-alun Ciamis. Rugi dech k’lo Cake’s Holic ampe gak nonton. B’coz kegiatan ini merupakan sebuah acara perkumpulan atau pertemuan seluruh kokojo-kokojo pencak silat sejagat Galuh. Kebayang gak tuch para pendekar-pendekar dari belahan Ciamis, tumplek dalam kegiatan ini. Acara yang berlangsung dari tanggal 6 hingga 9 September ini, diselenggarakan oleh IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Kab. Ciamis yang diketuai oleh Bapak Ir. H Heri Dermawan. Kegiatan ini diisi oleh kesenian Ebog, Lais, Barongsai, Ronggeng Gunung, dan Debus (digelar malam Senin). Meskipun gerimis mengguyur Alun-alun kota Ciamis, namun acara ini tetap mengundang banyak peminatnya. Terlihat dari para penonton yang begitu antusias menyaksikan kegiatan ini meskipun mereka basah kuyup diguyur hujan gerimis. Dan menurut para pengamat seni, kegiatan ini memiliki nilai positif yang sangat baik karena kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam mempertahankan salah satu kesenian yang ada di Ciamis, khususnya kesenian Pencak Silat yang menjadi aset Kabupaten Ciamis. Sobat Cake’s tahu gak, saat ini Ciamis diperhitungkan dalam pengembangan cabang ilmu bela diri silat loh ! Hal ini dikarenakan Ciamis memiliki potensi dalam prestasi Pencak Silat. Dengan terpilihnya Yeni Hendriana, jawara asal Dsn. Hegarmanah, Ds. Cimaragas, Kec. Cidolog menjadi Jawara Pencak Silat Tingkat Jawa Barat. Selain berprestasi dalam bidang ilmu bela diri, puteri dari Bapak Rais Hamim ini juga selalu menjadi juara umum di sekolahnya loh ! Wah…luar biasa yach. Cake’s salut dech…
Team Cake’s pun sempat mewawancarai Bapak Uun, yang menjadi sekertaris panitia kegiatan ini. Menurut Bapak yang berdomisili di daerah Cigembor ini, sejak didirikannya IPSI, baru kali ini kegiatan Panglawungan Jawara Galuh diselenggarakan. Awalnya, kegiatan ini akan digelar di Pangandaran. Hanya saja, para panitia masih merasa trauma dan takut akan terjadinya kembali musibah gelombang Tsunami yang melanda daerah Ciamis Selatan setahun yang lalu. Selain itu, keterbatasan anggaran juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi. Dalam pembukaan kegiatan ini, Bapak Bupati Ciamis, H. Engkon Komara menganjurkan agar Pencak Silat menjadi muatan lokal (mulok) di sekolah-sekolah yang ada di Ciamis. Pak Uun, mantan Kepala UTPD Pendidikan Kec. Ciamis, yang selalu hadir setiap malam di alun-alun, juga memberikan sedikit informasi tentang sejarah Pencak Silat. Ilmu bela diri ini, pertama kali diperkenalkan oleh Aom Tur’at (alm) di Ciamis. Dalam budaya silat, mulanya hanya ibing tradisional. Sekarang budaya silat sudah terkenal ke mancanegara (go international), khususnya di Eropa. Dalam pengembangannya, silat ada yang masih berupa seni tradisi dan sekarang ada yang sudah dikembangkan menjadi olahraga yang masih didasari ilmu silat itu sendiri. Dalam silat dikenal istilah TGR dan Regu (kelompok). Dalam TGR permainannya tidak diiringi dengan kendang. Dalam ilmu silat juga terdapat tingkatan-tingkatan yang dibedakan berdasarkan usia dan berat badan.
Salah seorang pelatih Pencak Silat, Bapak Ukaman menuturkan bahwa setiap hari, para peserta pencak silat diajari cara makan, minum dan tidur yang baik. Dan sesekali mereka diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Bakti Sosial guna menanamkan sikap sosial dan sebagai salah satu wujud kepedulian untuk saling berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan. Para peserta juga selalu berlatih dimana saja dan kapan saja. Dan khusus untuk hari Minggu, para peserta berlatih dari pagi hingga sore. Di akhir perbincangan kami, warga RT 11 RW 04 Dusun Gentarasa, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cidolog ini melontarkan sebuah kalimat, “Silat itu, bukan untuk maksiat, melainkan hanya sebuah metoda”. So, kita jangan ber-negative thinking kalo silat itu digunakan untuk kegiatan maksiat, itu salah besar.
Para pengamat seni juga menyampaikan pesannya yaitu “Budaya kita jangan sampai hilang, dan jangan sampai anak muda zaman sekarang tidak mengenal budaya daerahnya sendiri”. Dan panitia pun berharap, semoga tahun depan kegiatan serupa dapat digelar kembali. Ok dech, Cake’s do’akan semoga harapan tersebut bisa terwujud. Amien…
(SintHa, rAtnA X-4)
“KATINEUNG URANG GALUH DINA NGARAKSA WARISAN KARUHUN”
Cake’s Holic pada tahu gak apa itu “Panglawungan Jawara Galuh”?? itu loh yang kemaren-kemaren digelar di Alun-alun Ciamis. Rugi dech k’lo Cake’s Holic ampe gak nonton. B’coz kegiatan ini merupakan sebuah acara perkumpulan atau pertemuan seluruh kokojo-kokojo pencak silat sejagat Galuh. Kebayang gak tuch para pendekar-pendekar dari belahan Ciamis, tumplek dalam kegiatan ini. Acara yang berlangsung dari tanggal 6 hingga 9 September ini, diselenggarakan oleh IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Kab. Ciamis yang diketuai oleh Bapak Ir. H Heri Dermawan. Kegiatan ini diisi oleh kesenian Ebog, Lais, Barongsai, Ronggeng Gunung, dan Debus (digelar malam Senin). Meskipun gerimis mengguyur Alun-alun kota Ciamis, namun acara ini tetap mengundang banyak peminatnya. Terlihat dari para penonton yang begitu antusias menyaksikan kegiatan ini meskipun mereka basah kuyup diguyur hujan gerimis. Dan menurut para pengamat seni, kegiatan ini memiliki nilai positif yang sangat baik karena kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam mempertahankan salah satu kesenian yang ada di Ciamis, khususnya kesenian Pencak Silat yang menjadi aset Kabupaten Ciamis. Sobat Cake’s tahu gak, saat ini Ciamis diperhitungkan dalam pengembangan cabang ilmu bela diri silat loh ! Hal ini dikarenakan Ciamis memiliki potensi dalam prestasi Pencak Silat. Dengan terpilihnya Yeni Hendriana, jawara asal Dsn. Hegarmanah, Ds. Cimaragas, Kec. Cidolog menjadi Jawara Pencak Silat Tingkat Jawa Barat. Selain berprestasi dalam bidang ilmu bela diri, puteri dari Bapak Rais Hamim ini juga selalu menjadi juara umum di sekolahnya loh ! Wah…luar biasa yach. Cake’s salut dech…
Team Cake’s pun sempat mewawancarai Bapak Uun, yang menjadi sekertaris panitia kegiatan ini. Menurut Bapak yang berdomisili di daerah Cigembor ini, sejak didirikannya IPSI, baru kali ini kegiatan Panglawungan Jawara Galuh diselenggarakan. Awalnya, kegiatan ini akan digelar di Pangandaran. Hanya saja, para panitia masih merasa trauma dan takut akan terjadinya kembali musibah gelombang Tsunami yang melanda daerah Ciamis Selatan setahun yang lalu. Selain itu, keterbatasan anggaran juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi. Dalam pembukaan kegiatan ini, Bapak Bupati Ciamis, H. Engkon Komara menganjurkan agar Pencak Silat menjadi muatan lokal (mulok) di sekolah-sekolah yang ada di Ciamis. Pak Uun, mantan Kepala UTPD Pendidikan Kec. Ciamis, yang selalu hadir setiap malam di alun-alun, juga memberikan sedikit informasi tentang sejarah Pencak Silat. Ilmu bela diri ini, pertama kali diperkenalkan oleh Aom Tur’at (alm) di Ciamis. Dalam budaya silat, mulanya hanya ibing tradisional. Sekarang budaya silat sudah terkenal ke mancanegara (go international), khususnya di Eropa. Dalam pengembangannya, silat ada yang masih berupa seni tradisi dan sekarang ada yang sudah dikembangkan menjadi olahraga yang masih didasari ilmu silat itu sendiri. Dalam silat dikenal istilah TGR dan Regu (kelompok). Dalam TGR permainannya tidak diiringi dengan kendang. Dalam ilmu silat juga terdapat tingkatan-tingkatan yang dibedakan berdasarkan usia dan berat badan.
Salah seorang pelatih Pencak Silat, Bapak Ukaman menuturkan bahwa setiap hari, para peserta pencak silat diajari cara makan, minum dan tidur yang baik. Dan sesekali mereka diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Bakti Sosial guna menanamkan sikap sosial dan sebagai salah satu wujud kepedulian untuk saling berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan. Para peserta juga selalu berlatih dimana saja dan kapan saja. Dan khusus untuk hari Minggu, para peserta berlatih dari pagi hingga sore. Di akhir perbincangan kami, warga RT 11 RW 04 Dusun Gentarasa, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cidolog ini melontarkan sebuah kalimat, “Silat itu, bukan untuk maksiat, melainkan hanya sebuah metoda”. So, kita jangan ber-negative thinking kalo silat itu digunakan untuk kegiatan maksiat, itu salah besar.
Para pengamat seni juga menyampaikan pesannya yaitu “Budaya kita jangan sampai hilang, dan jangan sampai anak muda zaman sekarang tidak mengenal budaya daerahnya sendiri”. Dan panitia pun berharap, semoga tahun depan kegiatan serupa dapat digelar kembali. Ok dech, Cake’s do’akan semoga harapan tersebut bisa terwujud. Amien…
(SintHa, rAtnA X-4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar